Oleh Mokh.Wahyudi
sumber:http://hadiyana.files.wordpress.com |
Didalam pernikahan tidaklah lepas dari surat undangan dan di setiap daerah surat undangan berbeda-beda, tergantung budaya daerah setempat.Ada yang memang berbentuk surat, bingkisan, cinderamata dan yang populer dipedesaan adalah Rokok (undangan khusus buat kaum Pria). Dan seperti apakah bentuk undangan pernikahan di tempat Anda?
Sedangkan hukum menghadiri undangan pernikahan ada yang mengatakan fardhu ain.
· “Apabila kamu diundang walimah maka datangilah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
· “Sejelek-jelek suguhan adalah makanan yang disuguhkan pada waktu walimah (namun) yang diundang hanyalah orang-orang kaya dan meninggalkan orang-orang miskin. Dan barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (H.R. Bukhari Muslim)
Sedangkan pesta pernikahan adalah bertujuan untuk mengumumkan terjadinya pernikahan serta membedakannya dari perzinaan dan ucapan rasa sukur kepada Allah swt.
Dikalangan Masyarakat kita bila ada tetangga kita atau kerabat kita, biasanya masyarakat memberikan sedikit hadiah kepada Manten baru tersebut. Bisa berupa barang ataupun uang. Itu adalah budaya yang baik tetapi akhir-akhir ini budaya tersebut mulai tergusur nilainya yang mana dulu masyarakat memberikannya dengan suka rela baik yang memberi ataupun tidak, bagi mempelai nikah bukan jadi masalah pemberiannya atau tidak diberi hadiah. Yang terpenting do'a restu yang tulus yang selalu terpampang tulisannya di setiap perhelatan pernikahan.
Sangat sedih rasanya bila melihat Pak Tohar seorang pemulung harus menerima undangan pernikahan lebih dari sepuluh undangan dalam sebulan di desanya. Bisa dibayangkan berapa rupiah yang harus dia keluarkan untuk mengisi amplop untuk menghadiri undangan pernikahan. Di lain sisi menghadiri undangan pernikahan adalah tuntutan agama tetapi dia harus terbeban dengan amplop yang berisi uang setidaknya minimal sepuluh ribu yang harus dia keluarkan. Beban tersebut ternyata tidak itu saja,di setiap pesta pernikahan ada petugas yang menjaga kaleng amplop sekaligus pencatatan nominal uang yang diberikan para undangan. Apakah Bapak Toha mampu menahan malu bila dia makan dan minum di acara pernikahan tanpa memberikan bingkisan atau setidaknya amplop uang? Bagaimana kalau keluarga mempelai tahu kalau nama Pak Toha tidak tertulis namanya sekaligus nominalnya? Apakah keluarga Mempelai akan balas menghadiri undangan hajatan pernikahan anaknya Pak Toha kelak?
Bingkisan atau Amplop yang berisi uang sekarang ini bukanlah bentuk sedekah dalam memenuhi undangan pernikahan melainkan sudah menjadi adat praktek bisnis atau setidaknya beban mempelai pernikahan ketika menggelar pesta pernikahan terkurangi atau juga kalau bisa ada untung disitu. Padahal pernikahan itu bukan bertujuan ajang gengsi dan berlebih-lebihan. Apalagi sebelum pernikahan kita sudah menyebarkan keburukan dengan membagi-bagikan undangan berupa Rokok kepada masyarakat. Tidak kah kita sadar bahwa rokok itu racun yang merusak tubuh manusia. Ini adalah budaya yang salah yang seharusnya kita rubah
Mokh.Wahyudi,
Mahasiswa bahasa di STKIPPGRI Pasuruan
Post a Comment