oleh: Karlina Mirawati, Nur Anis Putri F., dan Muhammad Taufik.
1. PENGERTIAN
a. Pengertian Motivasi Secara etimologi, kata motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat pada individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Menurut Walgito (2002) motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau tomove yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini ada pada diri seseorang yang menggerakkan orang tersebut untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema yang sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Secara terminologi, para ahli mempunyai pengertiannya masing-masing.Menurut Terry (dalam Moekjizat, 1984) motivasi adalah keinginan didalam diri individu yang mendorong individu untuk bertindak. Gunarsa (2003) mengemukan terdapat dua motif dasar yang menggerakkan perilaku seseorang, yaitu motif biologis yang berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup dan motif sosial yang berhubungan dengan kebutuhan sosial. Sementara Maslow A.H. (dalam Mahmud, 1990) menggolongkan tingkat motif menjadi enam, yaitu: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan seks, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Sementara itu McDonald (dalam Hamalik, 1992) mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurutnya terdapat tiga unsur yang berkaitan dengan motivasi yaitu: (a) motif dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar, (b) motif ditandai dengan timbulnya perasaan (afectif arousal), misalnya karena Amin tertarik dengan tema diskusi yang sedang diikuti, maka dia akan bertanya, dan (c) motif ditandai oleh reaksi-rekasi untuk mencapai tujuan. Sebagai tambahan, David McClelland et al. (dalam Hamzah, 2009: 9) berpendapat bahwa, A motive is redintegration by a cue of achange in an affective situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada suatu afektif. Sumber utama munculnya motif adalah rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan. Menurutnya lagi, motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek yaitu adanya dorongan dari dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan. Berdasarkan berbagai teori motivasi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupaka suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan-ransangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkahlaku dan aktifitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan sasaran, menurut Hamzah (2009), adalah sebagai berikut: (a) mendorong manusia untuk melakukan suatu aktifitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan, (b) menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, dan (c) menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Dan menurut Hamzah (2009), dapat pula disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku dengan indikator sebagai berikut: (a) adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (b) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, (c) adanya harapan dan cita-cita, (d) perhargaan dan penghormatan atas diri, (5) adanya lingkungan yang baik, dan (6) adanya kegiatan yang menarik. Terlepas dari beberapa definisi tentang motif diatas, kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri individu yang mengarahkan pada suatu aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu pula. Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan individu untuk mencapai tujuannya[1].
b. Pengertian Belajar Beberapa teori menjelaskan tentang belajar, baik yang beraliran behavoristik, kognitivistik, konstruktivistik, maupun humanistik. Thorndike (dalam Hamzah, 2009) yang merupakan salah seorang tokoh behavoristik mengemukakan teorinya tentang belajar, menurutnya belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pemikiran, perasaan, ataupun gerakan). Ia juga menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkrit (dapat diamati) ataupun non-konkrit (tidak dapat diamati). Menurut Winkel (2012) Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman[2]. Menurut Ernest R. Hilgard (dalam Sumardi Suryabrata, 1984) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudianmenimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya[3]. Belajar adalah suatu proses interaksi diri yang melibatkan fisik, psikis dan lingkungan untuk mencapai tujuan, yaitu adanya perubahan yang bersifat progressif (berkembang) dalam ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (perilaku).
c. Pengertian Motivasi Belajar Dari pembahasan sebelumnya mengenai definisi etimologi ataupun definisi terminologi dari dua kata pembentuk frasa ‘motivasi belajar’, sekarang bisa kita simpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan dari dalam diri individu yang mengarahkan pada suatu aktivitas interaksi diri yang melibatkan fisik, psikis dan lingkungan untuk mencapai tujuan, yaitu adanya perubahan yang bersifat progressif (berkembang) dalam ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (perilaku).
2. JENIS-JENIS MOTIVASI
Hamalik (2010) menyatakan bahwa motivasi banyak jenisnya, dan para ahli juga mengadakan pembagian jenis-jenis motivasi menurut teorinya masing-masing. Secara umum, motivasi biasanya dibedakan berdasar dari mana motivasi itu sendiri muncul, apakah dari dalam diri individu (intrinsik) ataukah sebaliknya dari luar individu (ekstrinsik).
a. Motivasi intrinsik Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri individu. Menurut Hamalik (2010) motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut dengan ‘motivasi murni’, atau motivasi yang sebenarnya yang muncul dari dalam diri peserta didik sendiri, seperti misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan dan sebagainya. Kesimpulan dari definisi di atas adalah motivasi intrinsik merupakan suatu tindakan yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri atau tidak memerlukan adanya rangsangan dari luar. Prayitno (1989: 11)mengemukakan bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar[4]. Motivasi dalam diri merupakan keinginan dasar yang mendorong individu mencapai berbagai pemenuhan segala kebutuhan diri sendiri. Untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan dasar siswa yang bersifat alamiah dengan cara menyajikan materi yang cocok dan berarti bagi siswa.
b. Motivasi ekstrinsik Berkaitan dengan motivasi ekstrinsik, Sardiman (2010: 89)berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar[5]. Motivasi ekstrinsik dikatakan demikian karena tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar perbuatan yang dilakukannya. Hal-hal yang dapat mendorong motivasi ekstrinsik seseorang adalah apabila seseorang belajar dengan tujuan mendapat angka yang baik, naik kelas, mendapat ijazah, untuk mencari penghargaan berupa angka, hadiah dan lainnya. Kemudian Winkel(2005: 94) mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik merupakan aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Misalnya seorang siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan[6]. Dimyati dan Mudjiono(1994: 84) mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi intrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain[7]. Tidak berbeda dengan Prayitno(2005: 14) yang menyatakan bahwa antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik. Di samping itu juga motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik[8]. Winkel(2005: 182)juga menyebutkan beberapa hal yang dapat menimbulkanmotivasi ekstrinsik adalah: (1) menggunakan berbagai insentif, baik yang bertujuan supaya siswa mempertahankan perilaku yang tepat maupun yang bertujuan agar siswamenghentikan perilaku yang tidak tepat, (2) mengoreksi dan mengembalikan pekerjaan ulangan pekerjaan rumah dalam waktu sesingkat mungkin, disertai komentar spesifik mengenai hasil pekerjaan itu dalam bentuk kata-kata atau nilai, dan (3) menggunakam berbagai bentuk kompetisi/persaingan dalam kombinasi dengan kegiatan belajar koperatif[9].
3. PERANAN MOTIVASI DALAM BELAJAR
Menurut Hamzah (2009: 27) motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menetukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar.
a. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang sedang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, tanpa bantuan tabel tersebut, seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar. Peristiwa di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan kata lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat kemaunnya untuk belajar. Seorang guru perlu memahami suasan itu agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai sesuatu yang bisa menarik mereka untuk belajar. Hal itu tidak cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang harus dipelajari, melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apapun yang berbeda yang paling dekat dengan siswa di lingkungannya.
b. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikit banyak telah diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan di bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya, anak tersebut diminta membetulkan radio yang rusak, dan berkat pengalamannya dari bidang elektronik, maka radio tersebut menjadi baik setelah diperbaikinya. Dari pengalaman itu, anak makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena dia telah mengalami tujuan belajr itu sendiri.
c. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal-hal yang dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR
Seperti telah dikemukan sebelumnya bahwa secara umum motivasi bisaberupa motivasi intrinsik ataupu ekstrinsik. Dan ketika kita bicara tentang hal-hal yang bisa mempengaruhi motivasi, tidak berbeda dengan jenis motivasi itu sendiri, ia bisa berasal dari dalam individu (internal) atauberasal dari luar individu (eksternal).
a. Faktor Internal Faktor internal, adalah faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa yang berasal dari individu siswa itu sendiri. Menurut Sugihartono dkk, (2007 : 76) faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan[10]. Tidak jauh berbeda dengan Sugiharto dkk, Muhibbin (1999:131) menyatakan bahwa faktor internal (faktor yang berasal dari dalam siswa itu sendiri) meliputi dua aspek yakni: (1) aspek fisologis, segala sesuatu yang bersifat fisik atau jasmaniah; (2) aspek psikologis, hal-hal yang bersifat rohaniah[11].
b. Faktor Eksternal Faktor Eksternal, adalah faktor yang mempengaruhi minat siswa dalam belajar yang berasal dari luar individu siswa itu sendiri. Menurut Sugihartono dkk, (2007: 76) faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi cara orang tua mendidik,relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua dan latar belakang kebudayaan[12]. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarkat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat dan media masa.
5. TEKNIK MEMBERI MOTIVASI PADA SISWA Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif[13]. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan guru sebagai upaya untuk motivasi siswanya :
- Pernyataan penghargaan secara verbal. Pernyataan verbal terhadap perilaku yang baik, hasil kerja siswa, dan atau hasil belajar siswa/ prestasi yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Pernyatan seperti, “Bagus sekali.”, “Hebat!”, “Menakjubkan!”, “Nice work!”, “Well done!” dan ungkapan motivatif lainnya, selain memotivasi siswa juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi antara guru dengan siswanya.
- Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. Guru bisa memajang hasil, misalkan nilai ulangan harian siswa di tempat tertentu sehingga siswa bisa tahu akan kemampuannya sendiri.
- Menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
- Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh peserta didik.
- Menggunakan materi yang dikenal peserta didik sebagai contoh dalam belajar.
- Gunakan kaitan unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah di fahami.
- Menuntut peserta didik untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.
- Menggunakan simulasi dan permainan.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahiranya di depan umum.
- Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dari keterlibatan peserta didik dalam kegiatan belajar misal kehilangan kepercayaan diri, kecewa, ketidak nyamanan dll.
- Memahami iklim kelas dan sekolah
- Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat.
- Memperpadukan motif-motif yang kuat.
- Memperjelas tujuan belajar.
- Merumuskan tujuan-tujuan belajar sementara.
- Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai.
- Menciptakan suasana persaingan sehat antara peserta didik.
- Memberikan contoh yang positif
Post a Comment